Kamis, 26 Oktober 2023

Sejarah Perjalanan Bakpia, Camilan Khas Jogja Dengan Cita Rasa Yang Unik

Bakpia Jogja adalah salah satu makanan khas Yogyakarta yang memiliki sejarah panjang dan menjadi salah satu oleh-oleh favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke kota ini. Bakpia merupakan sejenis kue yang memiliki isi beragam, seperti kacang hijau, kacang merah, cokelat, atau keju, yang dibungkus dengan kulit yang tipis dan lembut.


Sumber: serikatnews.com

Makanan ini terkenal dengan rasa manis dan tekstur yang lembut. Bakpia awalnya merupakan hidangan yang berasal dari Tiongkok dan dikenal dengan nama "bakpao" atau "baozi." Bakpao adalah sejenis kue bulat yang berisi daging atau sayuran dan dibungkus dengan kulit yang terbuat dari tepung terigu. Kue ini dibawa ke Indonesia oleh para imigran Tionghoa pada abad ke-15 selama masa Dinasti Ming.

Resep bakpia awalnya diperkenalkan oleh seorang Tionghoa bernama Kwik Sun Kwok asal Wonogiri pada dekade 1940-an. Beliau mulai menjalankan usahanya dengan menyewa tempat milik Niti Gurnito di Kampung Suryowijayan, Mantrijeron Yogyakarta. Setelah Kwik Sun Kwok pindah ke kampong lain di sebelah Barat Kampung Suryowijayan, Niti Gurnito meneruskan produksi dan penjualan bakpia di lahan tersebut. Di bawah kepemimpinan Niti Gurnito, bisnis ini tumbuh pesat dan merambah pasar hingga ke Prambanan, Sleman, dan Bantul. Produksi bakpia yang diurus oleh Niti Gurnito pada saat itu dikenal dengan nama Bakpia Tamansari atau kemudian dikenal sebagai Bakpia Niti Gurnito.

Selain Bakpia Tamansari, ada juga Bakpia Patuk 75 yang dimiliki oleh Liem Bok Sing. Cerita beredar bahwa Liem Bok Sing adalah seorang imigran Tionghoa yang tinggal di daerah Dagen. Awalnya, ia berdagang arang sebagai bahan bakar utama untuk memanggang bakpia. Dari hubungan dagang ini, diperkirakan Kwik Sun Kwok memberikan informasi tentang proses pembuatan bakpia kepada Liem Bok Sing. Pada tahun 1948, Liem Bok Sing memulai usaha pembuatan Bakpia dengan resep yang ia kembangkan sendiri. Kemudian, pada tahun 1955, keluarga Liem Bok Sing pindah ke rumah di daerah Pathuk (Jl. Aipda KS Tubun No. 75) dan melanjutkan usaha pembuatan serta penjualan bakpia. 

Bakpia Pathuk adalah nama yang diberikan pada bakpia yang dihasilkan oleh Liem Bok Sing, dan ini mulai dikenal di kalangan masyarakat Yogyakarta, yang juga membedakannya dari Bakpia Tamansari yang dikelola oleh Niti Gurnito. Usaha pembuatan bakpia yang dikelola oleh Liem Bok Sing di Pathuk berkembang dengan cepat, sehingga Pathuk akhirnya menjadi pusat industri bakpia. Beberapa warga Pathuk juga turut merintis usaha pembuatan bakpia. Seiring berjalannya waktu, kampong Pathuk lebih dikenal sebagai pusat produksi bakpia daripada Tamansari.

Setiap toko ini memiliki resep dan karakteristik sendiri-sendiri, menjadikan bakpia Jogja memiliki beragam rasa dan tekstur. Beberapa toko bahkan menyajikan bakpia dengan rasa asli kacang hijau atau kacang merah, sedangkan yang lain lebih inovatif dengan menciptakan rasa-rasa baru yang menarik.

Selain menjadi oleh-oleh favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta, bakpia Jogja juga menjadi hadiah yang populer untuk teman dan keluarga. Banyak orang yang pulang dari Yogyakarta membawa bakpia sebagai buah tangan, sehingga bakpia telah menjadi simbol dari kunjungan ke kota ini.

Pada perkembangannya, bakpia Jogja tidak hanya dijual dalam bentuk kue utuh, tetapi juga dalam bentuk kemasan yang lebih praktis, seperti bakpia kemasan. Hal ini membuatnya semakin mudah dinikmati oleh orang-orang di seluruh Indonesia dan bahkan di luar negeri. Beberapa produsen bakpia Jogja juga mulai mengembangkan varian produk dengan bahan-bahan yang berbeda, seperti bakpia dengan kulit yang dibuat dari umbi-umbian, untuk mengakomodasi berbagai preferensi dan kebutuhan pelanggan.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan pasar yang semakin kompetitif, bisnis bakpia Jogja juga mulai memanfaatkan platform online untuk memperluas jangkauan dan menjual produk mereka secara global. Hal ini membuat bakpia Jogja semakin dikenal luas dan menjadi bagian dari identitas kuliner Indonesia.


Load comments

0 Comments