satu hal yang mengemuka ketika gowes dikawasan ini adalah desis khas bunyi ban melindas tanah pasir kasar dan bebatuan kecil. makin nyata lagi bunyi itu saat lintasan yang permukaannya terbentuk dari bekas muntahan perut Gunung Kamojang itu tersiram hujan. menjadi "teman" setia di sepanjang perjalanan berjarak sekitar 20km
Kondisi lintasan seperti ini tentu memberikan sensasi tersendiri. terutama saat mengerem. Sliding dan drifting alias "ngesot" jadi hal jamak. Sementara, lontaran pasir kasar dan batu kecil pun tidak jarang mampir ke bagian muka. membuat google atau setidaknya kacamata menjadi peranti yang sangat disarankan untuk digunakan.
Lintasan single trek yang "ngepas" dengan semak semak yang hampir menutup jalan juga menjadi sajian tersendiri begitu memasuki kawasan Situ Cibereum. Hamparan rumput serta perkebunan cukup mudah dilalui.
0 Comments